Minggu, 30 Mei 2010

Piala Dunia = Lebaran


Setiap agama tentu memiliki hari raya / hari besarnya masing-masing. Tiap hari raya pasti dirayakan secara meriah oleh penganutnya. Mereka bakal berbaur dengan siapapun, bahkan yang bukan dengan keluarganya sekalipun, karena larut dalam euforia hari raya.

Piala Dunia (PD). Ajang sepakbola internasional paling ditunggu seantero dunia ini saya anggap adalah sebuah 'lebaran'. Lebaran / hari raya adalah hari yang begitu suci dan ditunggu. Kita tentu tau lagu lebaran (Idul Fitri) yang berlirik:

Baju baru...alhamdulillah
Tuk dipakai...di hari raya
Tak punya pun...tak apa-apa
Masih ada baju yang lama


Lirik lagu tersebut tentu menggambarkan betapa baju baru adalah suatu hal begitu sakral pada setiap lebaran. Entah mengapa tradisi tersebut sudah berlangsung turun temurun, khususnya bagi kalangan menengah ke atas. Jika di PD, semua tim peserta telah disediakan kostum baru oleh sponsor apparel mereka. Tujuannya selain bisnis, tentu secara falsafah akan membawa spirit tersendiri bagi tim yang menggunakannya. Meksiko pada PD '98 di Prancis bahkan menggunakan motif suku Aztec demi mendapatkan spirit para leluhurnya. Kostum baru juga pasti akan membawa semangat baru bagi pemain yang bertarung di lapangan. Kemudian, lebaran tidak hanya identik dengan baju baru. Yang paling sering kita lihat/alami dari lebaran tiap tahun adalah perayaannya yang begitu meriah. PD selalu disambut meriah dimanapun, bahkan hingga negara-negara yang tidak menyelenggarakan PD pun ikut memeriahkannya. Dari mulai acara nonton bareng hingga penjualan merchandise yang berbau PD.

Saya masih ingat betul pada saat PD 2006 di Jerman lalu, saya masih aktif menggunakan akun Friendster saya, yang (sejujurnya) teman-teman saya didominasi oleh kaum hawa :D . Di kolom 'who I want to meet' mereka diisi dengan pemain-pemain yang notabene belum terkenal pada saat itu, hanya bermodalkan tampang yang bisa meluluhkan iman mereka. Sebut saja Andrea Barzagli, Bastian Schweinsteiger, Lukas Podolski, Tranquillo Barnetta. Mereka disebut dalam kolom tersebut. Dan saya langsung berpendapat, kalo bukan karena PD, mereka ga bakal tau tuh pemain-pemain bola.

Tanpa PD, mana mungkin Brazil akan dipertemukan dengan Korea Utara. Mungkin bisa di pertandingan friendly, tapi gengsinya tentu jauh berbeda dibandingkan di PD. Mana mungkin Selandia Baru bertemu Italia, atau Belanda bertanding dengan Kamerun, Jerman beradu fisik dan otot dengan Ghana, kalau bukan dipertemukan oleh PD. Begitu juga lebaran, banyak dari kita yang sangat jarang bertemu sanak saudara yang kebanyakan berada di kampung halaman. Tapi karena lebaran, akhirnya kita dapat bertemu kembali setelah sekian lama, dan dapat saling berbagi kebahagiaan.

Nikmatnya sebuah silaturrahmi dalam skala yang begitu besar.

Jumat, 28 Mei 2010

Kisah Dongeng Los Galacticos


Memang unik jika kita berbicara mengenai si 'Putih' ini. Tim berlabel megabintang berlapis jutaan euro ini gagal meraih secuil tropi pun musim 2009/2010. Apa yang salah? Pasti itulah pertanyaan kita jika melihat pencapaian Real Madrid.

Sejak Florentino Perez kembali terpilih menjadi presiden Real Madrid, ia dengan pasti akan membangun Los Galacticos jilid II. Berkaca pada kesuksesan Los Galacticos jilid I yang dihuni Luis Figo, Zinedine Zidane, Ronaldo, David Beckham dll, ia memiliki keyakinan bahwa proyek besarnya ini akan kembali mendulang sukses. Sebagai langkah awal, ia merekrut Manuel Pellegrini, pelatih asal Cile yang memiliki filosofi permainan dengan mengandalkan passing-passing pendek dari sisi ke sisi permainan, yang sukses ia terapkan di Villareal selama kurang lebih 4 musim. Lalu, perekrutan jor-jorannya menyusul. Raul Albiol, Alvaro Arbeloa, Xabi Alonso, Cristiano Ronaldo, Kaka, Karim Benzema ditransfer dengan harga-harga yang fantastis, terlebih CR9 yang ditarik dari Manchester United dengan harga 80 juta poundsterling! Sungguh harga yang tidak masuk akal.

Setelah semua lini mendapat amunisi baru, tiba saatnya untuk mengurangi jumlah awak. Arjen Robben, Gabriel Heinze, Wesley Sneijder, Ruud van Nistelrooy semua dilepas dengan alasan tidak cocok dengan skema yang dijalankan Manuel Pellegrini dan skuad sudah terlalu gemuk. Yang lebih ironis, Sneijder dan Robben berhasil melakukan 'comeback' sempurna dengan tampil di final Liga Champions di Santiago Bernabeu dan seakan membuktikan bahwa adalah salah menjual keduanya.

Kalah dari Alcorcon 4-0 di Piala Raja, 2 kali kalah dari rival abadi Barcelona dan kegagalan merebut titel La Liga. Kaka tidak mampu bermain seapik di AC Milan, Karim Benzema kalah mentereng dibanding Gonzalo Higuain, Cristiano Ronaldo bermain memukau, namun tetap gagal menyelamatkan muka Real Madrid di La Liga. Bagai seorang yang menderita penyakit komplikasi. Presiden panik dan menghardik anak buahnya.

Buntutnya, Manuel Pellegrini semakin santer diberitakan bakal digantikan Jose Mourinho, pelatih yang baru saja memenangkan treble bersama Internazionale. Ibarat pengusaha kalah dalam persaingan bisnis, Florentino Perez kembali berjudi dengan membeli barang modal baru, yakni the Special One dari Giuseppe Meazza demi melengkapi missing link yang selama ini belum tersambungkan oleh Manuel Pellegrini. Mou - panggilan Jose Mourinho juga dikabarkan akan mengajak Maicon, Wesley Sneijder, dan Diego Milito ke Bernabeu. Mereka adalah aktor-aktor dibalik sukses Inter meraih tripletta musim 2009/2010.

Saya tidak menyalahkan keputusan pemecatan Manuel Pellegrini, namun musim ini Real Madrid sebenarnya mampu tampil apik, bahkan mereka adalah tim dengan pencapaian gol terbanyak musim ini, mengalahkan sang juara Barcelona. Pellegrini adalah pelatih yang berkualitas, terbukti ia mampu membawa tim antah berantah macam Villareal menembus 4 besar Liga Champions musim 2005/2006. Ia tidak sepenuhnya salah dalam kegagalannya membawa Real Madrid meraih tropi musim ini. Banyak faktor yang menyebabkan Real Madrid gagal, inkonsisten adalah salah satunya. Mereka dikalahkan 4-0 oleh tim divisi III Alcorcon pada ajang Piala Liga.

Akan semakin lucu nantinya jika mereka benar-benar akan merekrut the Special One, karena semakin terlihat mereka seperti kebakaran jenggot melihat Barca yang dengan mudahnya mendulang trofi La Liga ke Nou Camp atau melihat Jose Mourinho yang dengan mudahnya memenangkan Liga Champions bersama Internazionale dengan mengalahkan Chelsea, Barcelona, dan Bayern Munchen. Dan mereka ingin secepatnya meraih trofi-trofi itu musim depan dibawah asuhan Mou. Sungguh...terlalu

Minggu, 23 Mei 2010

10 Fakta Final Liga Champions 2010



Berikut merupakan 10 fakta yang terjadi saat final Liga Champions mempertemukan Bayern Munchen dan Internazionale :

1. 4 - terdapat 4 mantan pemain 'penghuni' Santiago Bernabeu, yakni Walter Samuel, Esteban Cambiasso, Wesley Sneijder dari Inter, dan Arjen Robben dari Bayern Munchen.

2. 3 - Diego Milito menjadi pemain Argentina ke-3 sepanjang sejarah yang mampu mencetak 2 gol di final setelah Hernan Crespo dari AC Milan (2005) dan Rial dari Real Madrid (1956).

3. 2 - terdapat 2 pemain muslim yang bermain pada final Liga Champions 2009-2010, yakni Halil Altintop (Bayern Munchen) dan Sulley Ali Muntari (Inter Milan).

4. 4 - Samuel Eto'o mengikuti jejak Gerard Pique (Manchester United 2008, Barcelona 2009), Paulo Sousa (Juventus 1996, Dortmund 1997), dan Marcel Desailly (Marseille 1993, AC Milan 1994) yang memenangkan 2 trofi Liga Champions 2 musim berturut-turut dengan 2 klub yang berbeda.

5. 11- Samuel Eto'o menjadi pemain ke 11 yang berhasil memperoleh 3 trofi Liga Champions. Hanya Clarence Seedorf yang mempunyai rekor dengan 4 trofi Liga Champions.

6. 8 - Bayern Munchen telah memainkan 8 final Liga Champions sepanjang sejarahnya. Mereka memenangkannya 4 kali dan juga kalah 4 kali.

7. 1 - Inter hanya memainkan 1 pemain Italia pada final kali ini, Marco Materazzi.

8. 2 - Jose Mourinho memenangkan 2 titel Liga Champions dengan 2 klub berbeda, Porto (2004) dan Internazionale 2010. Ia mengikuti jejak Ottmar Hitzfield (Dortmund 1997, Bayern 2001).

9. 7 - final kali ini merupakan final ke-7 yang berakhir dengan skor 2-0.

10. 10 - Inter menjadi klub ke-10 sepanjang sejarah yang mampu meraih treble, juara liga, piala liga, dan Liga Champions.


Sumber : Opta, Infostrada Sports, dan analisa pribadi :)

Kamis, 20 Mei 2010

Welcome back, Dorian!



Jika Liga Inggris mempunyai Tottenham Hotspur sebagai kontestan kejutan Liga Champions untuk musim depan, Liga Italia juga mempunyai nama kejutan untuk dikedepankan, siapa lagi kalau bukan Sampdoria.

Tim besutan Luigi Del Neri ini berhasil finis di posisi 4, spot terakhir untuk peserta Liga Champions. Mereka berhasil menyingkirkan Palermo, Juventus, dan Napoli dalam perburuan tempat di Liga Champions musim depan.

Il Samp, begitu mereka dijuluki, pernah menjadi raksasa di Italia pada musim 1990/1991 saat mereka menjadi juara Liga Italia. Saat itu mereka bermaterikan pemain seperti Gianluca Pagliuca, kiper legendaris Italia, Srecko Katanec, yang pernah menjadi pelatih Slovenia di Euro 2000, Roberto Mancini, pelatih Manchester City, Gianluca Vialli, dan Sinisa Mihajlovic. Talenta-talenta tersebut berhasil dimaksimalkan Vujadin Boskov, allenatore asal Yugoslavia yang juga berhasil memoles Real Madrid, AS Roma, dan timnas Yugoslavia sendiri. Dan salah satu prestasi yang tidak bakal terlupakan adalah saat mereka berhasil menembus final Liga Champions musim 1990/1991. Final kala itu mempertemukan mereka dengan raksasa Spanyol, Barcelona yang saat itu diasuh Johan Cruyff yang menampilkan total voetbal ala Belanda. Sampdoria yang tampil sporadis dan spartan berhasil membuat Barca kesulitan mengembangkan permainan. Lini tengah mereka dikontrol oleh gelandang asal Brazil, Cerezo. Lini depan mereka begitu tajam dengan duet Mancini - Vialli. Sedangkan, lini belakang mereka dihuni Pietro Vierchowood dan Srecko Katanec. Namun saat pertandingan memasuki extra time, mereka tumbang oleh 'tendangan geledek' Ronald Koeman. Mereka pun gagal mengawinkan gelar liga dengan Liga Champions. Meski kalah, mereka tetap berbangga hati, karena pada saat itu mereka berhasil 'menggantikan' the Dream Team, AC Milan di final Liga Champions, karena AC Milan kala itu merupakan tim paling menakutkan di seantero Eropa.

Musim depan, mereka akan kembali ke pentas Liga Champions. Kali ini yang akan menjadi punggawa-punggawanya adalah Antonio Cassano, Gianpaolo Pazzini, Angelo Palombo, dan Luca Castelazzi. Namun, perjalanan mereka tidak akan ditemani Luigi Del Neri, sang allenatore yang berhasil membawa mereka sampai sejauh ini. Luigi Del Neri akan menangani Juventus, tim yang notabene mereka gagalkan langkahnya untuk menembus Liga Champions musim depan.




Rabu, 12 Mei 2010

Final Pertama Liga Eropa






Liga Eropa (Europa League) malam ini (13/5) akan menggelar partai final pertamanya dalam sejarah di Stadion HSH Nordbank Arena, Hamburg. Lakonnya adalah 'Los Rojiblancos' Atletico Madrid dan 'the Cottagers' Fulham. Delegasi Spanyol dan Inggris ini akan bentrok demi mengamankan trofi pengganti UEFA Cup ini. Meski banyak dianggap sebagai kompetisi kasta kedua di Eropa, tapi laga ini masih menyimpan gengsi yang tinggi, karena pemenangnya akan dicatat sejarah sebagai pemenang pertama dalam sejarah kompetisi yang dulu bernama UEFA Cup ini.

Atletico Madrid berhasil menyingkirkan beberapa nama besar seperti wakil Turki, Galatasaray, Sporting Lisbon, Valencia, dan yang terakhir juara 5 kali Liga Champions asal Inggris, 'the Reds' Liverpool. Dibawah asuhan Quique Sanchez Flores, Atletico mampu menyuguhkan permainan cepat dari kaki ke kaki ala Spanyol. Bermotorkan duet Latin, Diego Forlan dan Sergio Aguero, memiliki sayap lincah macam Jose Antonio Reyes dan Simao Sabrosa, mereka memang pantas diunggulkan, belum lagi mereka diperkuat pemain-pemain macam Jose Jurado, Tomas Ujfalusi, dan Paulo Assuncao yang memiliki mobilitas dan determinasi tinggi, membuat Atletico semakin lengkap dari lini ke lini.

Keunggulan teknik Atletico akan diimbangi oleh kolekitivitas tim ala Fulham. Wakil Inggris yang ditangani Roy Hodgson ini diluar dugaan mampu menumbangkan nama-nama besar seperti Juventus, Wolfsburg, dan Hamburg SV. Roy Hodgson adalah pelatih yang sarat pengalaman. Ia pernah membawa Internazionale ke final UEFA Cup musim 1996/1997, dan menukangi tim-tim seperti Udinese, Blackburn Rovers, dan tim nasional Finlandia. Ia sukses meracik Fulham yang sempat terancam degradasi, dan kini tampil menawan dan melaju hingga final Liga Eropa. Bermaterikan pemain-pemain seperti Mark Schwarzer, Danny Murphy, Damien Duff, dan Bobby Zamora, mereka menjadi tim yang mampu bermain apik dengan mengandalkan kombinasi bola-bola panjang dan permainan sayap yang cepat. Menghadapi partai final, mereka sempat didera berbagai masalah cedera pemain intinya, seperti Damien Duff dan Bobby Zamora, namun mereka tentu memiliki motivasi berlebih untuk mengalahkan segala prediksi yang lebih menjagokan Atletico Madrid.

Beberapa duel yang akan menjadi kunci malam ini :

Brede Hangeland vs Diego Forlan : Bek jangkung asal Norwegia ini dipastikan akan mendapat tugas berat untuk menghadang laju penyerang Atletico Madrid, Diego Forlan. Memiliki keunggulan di udara, Hangeland diprediksi akan kewalahan untuk mengawal Forlan yang memiliki kecepatan dan tendangan kaki kiri yang keras.

Danny Murphy vs Raul Garcia : Mantan gelandang Liverpool ini sangat mumpuni dalam mengatur tempo permainan tim. Ia juga piawai dalam mengeksekusi bola-bola mati. Kelihaian Murphy akan dihadapi oleh teknik tinggi Raul Garcia. Gelandang Atletico Madrid tersebut terbukti ampuh mematikan gelandang-gelandang macam David Silva (Valencia) dan Steven Gerrard (Liverpool). Garcia juga akan menjadi pemain yang bakal menyuplai bola-bola ke kotak penalti untuk 'disantap' penyerang-penyerang Atletico.

Bobby Zamora vs Tomas Ujfalusi : Meski sempat diragukan tampil, Zamora diprediksi akan tetap turun untuk menambah daya serang Fulham. Ia akan menghadapi bek bertipe permainan keras asal Ceko, Tomas Ujfalusi. Bobby Zamora akan menggunakan keunggulannya di udara sebagai senjata melumpuhkan bek tangguh seperti Ujfalusi.

Mampukah Atletico 'menutup' kisah Cinderella Fulham? Atau Fulham kah yang justru membalikkan semua prediksi, dan membawa trofi Liga Eropa ke kota London? Mari kita tunggu.

Senin, 10 Mei 2010

Chelsea, sang mesin gol




Hanya satu kata yang mampu menggambarkan musim 2009/2010 bagi Chelsea, FANTASTIS! Klub London Barat milik taipan Rusia Roman Abramovich ini tampil luar biasa sepanjang musim dan berhak menggondol gelar juara Premier League yang ke-4 dalam sejarah klub. Semenjak ditangani Carlo Ancelotti, Chelsea seperti hidup kembali, mereka mampu menyuguhkan permainan menyerang nan indah dengan mengandalkan permainan umpan dari kaki ke kaki dengan cepat. Belum lagi, ujung tombak mereka Didier Drogba berhasil menyabet gelar topskor dengan 29 gol, menunjukkan betapa tajamnya ia di depan gawang lawan. Total, Chelsea berhasil menyarangkan 103 gol ke gawang lawan sepanjang musim! Dan mereka berhasil mematahkan rekor milik Manchester United yang pada musim 1999/2000 berhasil mencetak 97 gol dalam semusim. Namun, tahukah anda bahwa sepanjang musim ini Chelsea telah 4 kali menyarangkan 7 gol dalam satu pertandingan?

1. 7-2 vs Sunderland
2. 7-1 vs Aston Villa
3. 7-0 vs Stoke City
4. 8-0 vs Wigan Athletic

Dan bahkan jika jumlah gol Chelsea dibandingkan dengan jumlah gol 2 klub terbawah Liga Inggris, Portsmouth dan Hull City, rekor gol mereka masih lebih banyak karena 2 klub tersebut hanya berhasil menyarangkan 34 gol masing-masing. 3 hal yang menyempurnakan pesta mereka, juara Liga Inggris, mencetak 8 gol tanpa balas di kandang sendiri, dan mengantar Didier Drogba menjadi top skorer liga dengan 29 gol. Chelsea, mesin pencetak gol yang sempurna.

Jumat, 07 Mei 2010

Pekan Mendebarkan

Kencangkan sabuk pengaman anda, karena kita akan masuk ke pekan paling menentukan di daratan Eropa. 3 negara dengan liga terbesar, bahkan terbaik di dunia, yakni Inggris, Spanyol, dan Italia harus menentukan siapa yang berhak mendapat mahkota gelar juara liga. Berbeda dengan Liga Jerman, Belanda, dan Prancis yang telah lebih dulu mendapatkan pemenang sebelum liga berakhir, ketiga liga yang dikenal liga paling ketat itu masih harus melanjutkan perburuan gelar juara liga hingga pekan terakhir. Khususnya, Liga Inggris yang masih akan memainkan laga terakhir demi menentukan apakah Chelsea yang akan meraih gelar ke 4 dalam sejarah mereka, atau justru Manchester United mampu menyalip 'The Blues' untuk meraih trofi ke 19 sepanjang sejarah klub. Manchester United tentu berharap Wigan Athletic untuk bermain seperti saat Wigan mengalahkan Chelsea di pertandingan pertama dengan skor 3-1. Namun, tentu Chelsea mempunyai motivasi berlebih untuk merengkuh gelar juara mereka yang terakhir dapatkan pada musim 2005/2006 saat masih ditangani Jose Mourinho.

Jika di Inggris tinggal menyisakan 1 pertandingan, lain halnya dengan Liga Spanyol dan Liga Italia yang masih akan memainkan 2 pertandingan. Internazionale yang saat ini bertengger di puncak klasemen akan memainkan pertandingan krusial melawan Chievo Verona dan Siena demi memastikan gelar juara tetap berada di kota Milan. Terlebih, mereka akan memainkan final Liga Champions pada 22 Mei mendatang, tentunya memberikan pr tersendiri bagi Jose Mourinho untuk menjaga performa tim tetap berada di puncak permainan dan merengkuh treble winners, setelah pekan lalu mereka telah menggondol Coppa Italia berkat kemenangan 1-0 atas AS Roma. Sebaliknya, tim ibukota AS Roma akan berupaya semaksimal mungkin untuk merebut gelar juara dari tangan Internazionale, tentunya dengan cara memenangkan 2 pertandingan tersisa melawan Cagliari dan Chievo Verona. Jika mereka berhasil melakukannya, ini akan menjadi prestasi tersendiri mengingat Roma memulai musim dengan terseok-seok, sempat berada di peringkat 17. Namun, keadaan berbalik 180 derajat ketika 'the Tinker Man' Claudio Ranieri berhasil mengangkat mental juara AS Roma yang sempat terpuruk, dan kini membawa mereka berada di trek juara dengan Internazionale.

Yang terakhir tentu duel paling klasik di muka bumi, Barcelona vs Real Madrid. Perseteruan mereka mencapai titik nadir ketika kedua tim harus beradu cepat untuk berebut titel La Liga yang merupakan lambang supremasi mereka. Barcelona memang baru meraih titel sebanyak 19 kali, jauh mentereng dibanding seteru abadi mereka Real Madrid yang telah mengoleksi 31 titel La Liga, namun dalam 2 tahun terakhir mereka menunjukkan superioritas mereka sebagai tim terbaik di dunia dengan memenangkan 6 trofi dalam satu musim, suatu pencapaian fantastis! Dengan 2 pertandingan tersisa, mereka tentu akan berusaha untuk memburu kemenangan demi mendapatkan gelar juara ke 20 sepanjang sejarah mereka. Barca akan menghadapi Sevilla dan Valladolid, sementara Real Madrid akan berjibaku dengan Athletic Bilbao dan Malaga. Los Merengues tentu berharap banyak pada 'CR9' untuk tetap menjaga konsistensi permainannya dan membantu tim untuk menyalip Barca di puncak klasemen, mengingat performa luar biasanya saat Mallorca dengan mencetak hattrick tentu akan kembali ditunggu-tunggu publik Bernabeu.

Nah, tinggal kita para pecinta sepakbola yang berdebar-debar menunggu siapa yang akan menjadi juara sejati setelah melewati musim yang penuh drama, teka-teki dan melelahkan ini. Bagaimanapun, semua tim telah mengeluarkan seluruh energi yang mereka miliki selama semusim penuh, jadi meski ada tim yang gagal menyalip pimpinan klasemen, mereka telah berjuang dan patut mendapat apresiasi tinggi. Selamat berjuang!

Selasa, 04 Mei 2010

Senin, 03 Mei 2010

Kutukan Semi Final

Darren Fletcher musim lalu tampil gemilang saat membawa Manchester United menang 3-1 atas Arsenal pada semifinal Liga Champions musim 2008/2009. Namun, satu pelanggarannya terhadap Cesc Fabregas di kotak terlarang membuat wasit ketika itu, Roberto Rossetti langsung menunjuk titik putih, dan tanpa ampun mengeluarkan Flethcer dari lapangan hijau. Darren Flethcer mengikuti jejak Paul Scholes dan Roy Keane yang gagal tampil di partai puncak Liga Champions pada musim 1998/1999 akibat akumulasi kartu.

Dani Alves dan Eric Abidal dari Barcelona yang musim lalu menjadi lawan Manchester United di final Liga Champions juga mengalami nasib yang serupa. Mereka tampil apik dan konsisten dalam menjaga pertahanan Barcelona sepanjang kompetisi, namun mereka kehilangan kontrol saat Barcelona bertandang ke Chelsea dalam semifinal Liga Champions, akibat permainan kerasnya, mereka berdua diganjar kartu kuning dan akhirnya mereka hanya menjadi penonton pada saat timnya mengalahkan Manchester United 2-0.

Dan tahun ini, korban keganasan semifinal itu kembali memakan korban. Juga seperti tahun lalu, kedua tim yang saling berhadapan, sama-sama 'mengirimkan wakil' untuk tidak tampil di partai puncak Liga Champions. Mereka yang bakal menjadi penonton ketika timnya berjibaku di lapangan adalah Franck Ribery dan Thiago Motta. Thiago Motta sebelumnya pernah mencapai final kompetisi ini pada 2006 bersama Barcelona, namun ia tidak diturunkan pada partai final yang dimenangkan Barcelona tersebut dengan skor 2-1. Franck Ribery lebih naas lagi, pelanggarannya terhadap Lisandro Lopez yang berbuah kartu merah, memupuskan harapannya untuk tampil di final Liga Champions. Padahal, ini salah satu kesempatan emasnya untuk menampilkan kelihaiannya mengolah si kulit bundar, mengingat Ribery merupakan salah satu pemain yang disejajarkan dengan Lionel Messi, Cristiano Ronaldo, dan Kaka karena mempunyai skill di atas rata-rata.

Kedua tim kini tengah mengupayakan agar pemain andalannya dapat tampil di partai final, meski nampaknya akan berjalan sia-sia, mengingat peraturan UEFA dibuat secara tegas dan tidak mempertimbangkan hal-hal yang sifatnya personal. Karena tim-tim sebelum mereka pernah mengajukan permohonan serupa, namun tidak berhasil, dan pemain yang terkena akumulasi tetap akan menjadi penonton di final.

Sabtu, 01 Mei 2010

Akankah Spurs Menembus Champions League?

Musim ini nampaknya bakal berakhir dengan drama. Bayangkan saja, bak lomba lari marathon yang mencapai ribuan mil, perjuangan Tottenham Hotspur, Aston Villa, Manchester City, dan Liverpool kini mencapai klimaks demi merebut tempat ke 4 yang menjadi tempat terakhir untuk mendapatkan tiket Liga Champions musim depan.

Spurs sempat memulai musim dengan kejutan, yakni ketika menang 2-1 melawan Liverpool di laga pembuka. Namun, memasuki pertengahan musim, performa Spurs mulai mengalami naik turun. Ditambah dengan badai cedera yang secara bergiliran menghantam skuad asuhan Harry 'Houdini' Redknapp membuat sang arsitek harus memutar otak untuk menjaga performa tim tetap konsisten. Dan kini, langkah Spurs berada di depan para saingannya hanya dengan keunggulan jumlah gol di atas Aston Villa. Meski pekan lalu (pekan ke-36) ditaklukkan juara bertahan Manchester United, dengan skor 3-1, dengan hanya 2 pertandingan tersisa, Spurs diprediksi bakal melahap semua lawan-lawannya yang notabene berada di papan bawah, yakni Bolton Wanderers dan Burnley yang sudah dipastikan terdegradasi ke divisi Championship.

Jika Spurs berhasil mempertahankan posisinya dari kejaran Aston Villa, Manchester City dan Liverpool, maka dapat dipastikan musim depan menjadi kali pertama dalam sejarah mereka tampil di kompetisi antarklub paling bergengsi di dunia tersebut. Dengan begitu, Spurs juga berhasil mematahkan dominasi the big four yang selama ini berjalan monoton setiap musimnya. Akankah mereka memupus ambisi Aston Villa, mengubur pundi-pundi Manchester City, dan menghentikan langkah Liverpool untuk berkompetisi di UCL musim depan?