Sabtu, 26 Juni 2010

Asia Rasa Lokal

Beberapa hari lalu saya melihat teman saya di situs microblog Twitter 'berkicau', "Jangan taruhan di Piala Dunia kali ini, skornya susah ketebak!". Kalau dirasa-rasa benar juga adanya. Siapa yang mengira 2 wakil Asia, Jepang dan Republik Korea lolos dari hadangan tim-tim kuat macam Nigeria, Yunani, Denmark, dan Kamerun? Nyatanya mereka mampu mengalahkan semua prediksi dan lolos ke babak 16 besar Piala Dunia untuk pertama kalinya sejak 2002 yang berlangsung di rumah mereka sendiri.

Keberhasilan mereka mencapai babak kedua Piala Dunia kali ini tidak terlepas tangan dingin pelatih lokal mereka, yakni Takeshi Okada (Jepang) dan Huh Jung-Moo (Korea).



Takeshi Okada, pelatih yang juga membawa Jepang lolos ke Piala Dunia 1998 di Prancis ini kembali melatih tim Negeri Matahari Terbit sejak 2007 menggantikan Ivica Osim yang mundur dari kursi kepelatihan karena menderita stroke. Prestasi terbaiknya adalah ketika ia terpilih menjadi pelatih terbaik J-League musim 2003 dan 2004 menyamai pencapaian Arsene Wenger dan Osvaldo Ardiles, 2 pelatih legendaris yang juga pernah merasakan atmoster J-League pada medio 1990-an. Di Piala Dunia nya yang kedua kali ini ia memiliki 'senjata' macam Keisuke Honda yang telah membuktikan sebagai calon bintang Jepang di Piala Dunia kali ini, juga Yasuhito Endo, pemain terbaik Asia 2009, Marcus Tulio Tanaka, bek kelahiran Brazil yang selalu tampil spartan di setiap pertandingannya. Belum lagi nama-nama macam Makoto Hasebe, Daisuke Matsui, Takayuki Morimoto, Shunsuke Nakamura yang berhasil menancapkan kuku di liga-liga Eropa. Dengan modal pemain-pemain macam mereka, rasanya bukan tidak mungkin Nippon mampu membuat sejarah baru, yakni lolos ke perempat final Piala Dunia. Tapi, jangan lupa, masih ada La Albirroja Paraguay yang siap menghadang langkah mereka.



Setelah bertahun-tahun sepakbola Korea 'dijajah' oleh meneer-meneer Belanda, kali ini mereka mencoba peruntungan dengan menunjuk pelatih lokal, Huh Jung-Moo. Jika berbicara prestasi Korea di Piala Dunia, rasanya kita akan selalu ingat tahun 2002 saat mereka berhasil menembus semifinal setelah menumbangkan raksasa Eropa, Italia dan Spanyol. Guus Hiddink dianggap dewa di Negeri Ginseng tersebut. Lalu, seakan-akan tersihir oleh sentuhan tangan dingin Hiddink, Korea mempercayakan tampuk kepelatihan ke Dick Advocaat dan Pim Verbeek. Namun keduanya gagal mengulangi pencapaian Hiddink yakni menembus 4 besar Piala Dunia. Kini, di tangan Huh Jung-Moo, Korea mampu lolos ke babak 16 besar Piala Dunia 2010. Pelatih yang terkenal dengan tendangan taekwondo nya ke paha Diego Maradona di Piala Dunia 1986 itu mampu mengembalikan kepercayaan diri Ksatria Taeguk dan bersama Park Ji-Sung, Park Chu-Young, Lee Chung-Yong dkk mereka berkesempatan mengulangi prestasi 2002, yakni menembus 4 besar Piala Dunia. Namun, Uruguay berdiri kokoh untuk menghalangi ambisi mereka tersebut.

Rasa lokal tidak terlalu buruk kan?

Senin, 21 Juni 2010

Piala Dunia, Kejutan dan Kebanggaan



Saya menulis ini hanya beberapa menit setelah pertandingan antara Portugal melawan DPR Korea yang berakhir dengan mengenaskan untuk DPR Korea, 7-0. Namun saya tidak akan membahas / dikejar deadline untuk menyerahkan laporan pertandingan.

Saya sedang terkagum-kagum dengan Piala Dunia ini. Betapa tidak, di tiap grup telah terjadi peristiwa-peristiwa mengejutkan. Mulai dari tumbangnya Prancis dari Meksiko di grup A, Republik Korea mampu mengalahkan juara Eropa 2004 pada partai perdananya di grup B. Di grup C dan D Inggris dan Jerman belum mampu tampil konsisten padahal keduanya merupakan favorit untuk menjadi juara pada perhelatan kali ini. Sementara Jepang dan Selandia Baru berhasil muncul diantara gempitan raksasa seperti Belanda dan Italia di grup E dan F. Dan 2 kejutan paling pamungkas hadir datang dari DPR Korea dan Swiss. DPR Korea, tim misterius dari Asia Utara ini mampu bermain tanpa dosa saat melawan Brazil di pertandingan pertama. Brazil hanya mampu menang dengan margin 1 gol. Sebuah prestasi? Tentunya. Terlebih bagi negara berperingkat FIFA terendah di Piala Dunia 2010 ini. Kemudian, di grup H, Swiss menggulingkan Spanyol di pertandingan pertama. Berita menggemparkan yang kemudian membuat editor media-media cetak memasang tulisan mencengangkan, karena salah satu favorit juara, Spanyol takluk 1-0. Kejutan, kejutan, dan kejutan.

Ya, Piala Dunia memang identik dengan kejutan. Ibaratnya, kejutan adalah bumbu yang membuat Piala Dunia semakin menarik untuk ditonton, dan kita akan selalu 'ketagihan' untuk menunggu-nunggu kejutan apa lagi yang akan terjadi di Piala Dunia kali ini.

Kamerun dan Senegal pernah membuat sejarah dengan menjungkalkan Argentina dan Prancis yang notabene juara bertahan pada edisi 1990 dan 2002. Dunia seakan terbelalak. Tercengang. Afrika yang biasanya identik dengan busung lapar dan praktek perbudakan kini mulai dianggap salah satu kekuatan dalam peta sepakbola. Ghana, Nigeria, Afrika Selatan, Kamerun menjadi representatif dari benua hitam. Tapi sayang Kamerun harus menjadi tim pertama yang resmi tersingkir dari Piala Dunia 2010 ini. Mereka gagal bersaing dengan Belanda, Denmark, dan Jepang. Mungkin saja 4 tahun lagi kita akan menyaksikan tim nasional Ethiopia di layar kaca, berbaris menyanyikan lagu kebangsaan mereka dengan dada tegap dan wajah-wajah emosional sebelum bertanding. Ya, Ethiopia akan menjadi salah satu negara peserta Piala Dunia 2014 di Brazil, siapa yang tahu?

Adalah sebuah hal yang lazim jika semua tim ingin berprestasi dalam keikutsertaannya di Piala Dunia. Tidak ada cara lain untuk membayar perjuangan mereka selama kualifikasi selain berjuang mati-matian di setiap pertandingan. Kekuatan sepakbola makin terasa 'adil'. Brazil, Argentina, Spanyol, Jerman, tidaklah absolut. Karena tidak ada tim yang superior. Di pertandingan sebelumnya bisa saja tim tersebut bermain cemerlang, namun tidak ada yang menjamin mereka mampu mengulangi permainan cemerlang mereka di pertandingan berikutnya.

Piala Dunia adalah perjuangan. Martabat, harga diri bangsa dipertaruhkan. Di dada 11 pemain yang bertarung di lapangan melekat erat lambang supremasi sepakbola negara mereka. Ada suatu nilai yang tidak bisa dilecehkan, yaitu kebanggaan menggunakan lambang tersebut dan memperjuangkannya adalah perjuangan yang lebih berat lagi. Tidak ada negara yang mau mengalah. Tidak ada tim yang ingin pulang lebih awal.

Jumat, 04 Juni 2010

Inggris juara dunia, bisakah?


Adalah nama-nama seperti Bobby Moore, Geoff Hurst, dan Charlton bersaudara (Bobby dan Jack) yang berhasil memenangkan hati jutaan rakyat Inggris dengan menyabet trofi Jules Rimet (trofi lama Piala Dunia) setelah mengalahkan Jerman Barat dengan skor 4-2 lewat perpanjangan waktu. Dan hattrick Geoff Hurst kala itu merupakan salah satu momen terbaik yang pernah tercipta di stadion Wembley. Hingga kini, jutaan rakyat Inggris masih menanti-nanti momen tersebut akan terulang.

Kita percepat waktu hingga 44 tahun, dimana kita telah berada di tahun 2010 dan Piala Dunia (PD) akan kembali diselenggarakan FIFA dan bertempat di Afrika Selatan. Dan Inggris sekali lagi diunggulkan untuk meraih juara dunia bersama Brazil dan Spanyol. Apa pasalnya? Mereka akan diperkuat Wayne Rooney, Frank Lampard, Steven Gerrard, dan John Terry yang merupakan pemain-pemain kelas atas dunia yang disejajarkan dengan Lionel Messi, Cristiano Ronaldo, Franck Ribery, Kaka, dll. Dan mereka akan dilatih oleh Fabio Capello, pelatih dengan sederet gelar di curriculum vitae nya bersama AC Milan, Real Madrid, Juventus, dan AS Roma. Tentu sudah cukup untuk membuat lawan 'jiper'.

Saya mencoba merumuskan hal-hal yang harus Inggris lakukan untuk dapat menjadi juara dunia. Berikut ulasannya:

1. Wayne Rooney. Torehan 30 gol nya bersama Manchester United sangat diharapkan bisa terulang di PD 2010. Dan salah satu kunci banyaknya gol yang dicetak Rooney musim lalu adalah assist Antonio Valencia. Hampir dari setengah jumlah gol yang dicetak Rooney berasal dari umpan-umpan matang Valencia. Di timnas, tinggal bagaimana Fabio Capello memaksimalkan peran sayap-sayap Inggris untuk menyuplai Rooney dengan bola-bola yang matang dan siap dikonversi menjadi gol oleh Rooney.

2. Gelandang bertahan. Memiliki Steven Gerrard dan Frank Lampard dalam satu barisan lapangan tengah adalah sebuah anugerah, namun bisa juga menjadi sebuah bencana. Pasalnya keduanya merupakan gelandang-gelandang bertipe attacking midfielder, mereka lebih bernaluri menyerang, dan kurang cocok dimainkan sebagai gelandang bertahan. Kurang fitnya kondisi Gareth Barry membuat Don Fabio harus memutar otak untuk mendapatkan formula yang tepat menempatkan gelandang bertahan yang cocok dengan skema yang ia terapkan. Ada nama-nama seperti Michael Carrick, Tom Huddlestone, dan James Milner yang biasa berperan sebagai gelandang tengah di klubnya masing-masing.

Michael Carrick, gelandang bertahan MU ini memiliki visi permainan yang cemerlang, ia sering menemukan celah-celah tidak terduga bagi pemain lain. Namun kekurangannya adalah kecepatan, determinasi, dan sering melakukan blunder, sehingga Don Fabio pun akan berpikir ulang untuk memainkannya dalam pertandingan-pertandingan krusial.

Tom Huddlestone, memiliki tubuh tegap, dan fisik mumpuni sebagai gelandang bertahan. Passing-passingnya cukup akurat, namun minim pengalaman. Apa jadinya jika ia harus menghadapi gelandang-gelandang macam Kaka, Xavi, Bastian Schweinsteiger dll yang memiliki skill kelas atas dan berteknik tinggi tersebut?

James Milner, fisiknya kuat, petarung ulung. Hanya saja ia baru berperan sebagai gelandang tengah di paruh kedua musim lalu, yang bukan merupakan posisi aslinya. Ia diprediksi akan kesulitan memainkan peran gelandang bertahan yang diharapkan Fabio Capello karena ia belum pernah memainkan peran tersebut di bawah asuhan Don Fabio. Tapi, siapa yang tahu?

3. Adu penalti. Momok terbesar Inggris, dan sudah menjadi rahasia umum bahwa Inggris seringkali gagal karena harus memainkan pertandingan hingga adu penalti. Diantaranya PD 1990, PD 1998, dan PD 2006. Juga ajang lain seperti Euro 1996, dan Euro 2004.

4. Krisis kepemimpinan.
Sejak John Terry terjerat skandal, praktis rakyat Inggris kehilangan simpatinya terhadap kapten Chelsea tersebut. Pencopotan ban kapten pun tidak terelakkan. Dan naasnya, pemain yang didapuk sebagai kapten baru, Rio Ferdinand malah mengalami cedera di sesi latihan, dan terancam gagal meng-kapten-i Inggris di PD 2010. Sepeninggalnya, ban kapten diisukan akan disematkan ke Steven Gerrard, Wayne Rooney dan Frank Lampard. Namun berita ini menjadi kendala karena Inggris seakan kebingungan mencari sosok pemimpin di lapangan yang tepat.

5. Kiper.. Adakah dari nama-nama ini yang anda anggap sebagai kiper kelas dunia? : David James, Joe Hart, Robert Green. Ya, kenyataannya Don Fabio hanya memiliki 3 kiper 'lokal' ini untuk bisa membela Inggris di PD 2010.

6. Lawan besar. Saya tidak menggolongkan grup Inggris sebagai grup yang mudah, karena buktinya Slovenia, AS, dan Aljazair adalah tim-tim yang memiliki kolektivitas tinggi dan kerjasama tim yang apik. Namun, biasanya selepas fase grup dan berhadapan dengan lawan yang lebih besar dibanding fase grup, Inggris seakan kaget. Mereka 'dipaksa' memainkan sepakbola terbaik mereka. Lawan-lawan seperti Brazil, Argentina, Jerman, Spanyol adalah tim yang siap melakukannya untuk Inggris, tinggal bagaimana kesiapan Inggris menghadapi mereka.

7. Pemain cadangan.. Siapkah Matthew Upson, Tom Huddlestone, Shaun Wright-Phillips, Jermain Defoe, beserta pemain cadangan lain untuk membuktikan bahwa mereka layak memperkuat Inggris di kesempatan besar seperti PD?

Mereka memang layak menjadi juara, tapi bisakah?