Selasa, 28 Februari 2012

Stuart Pearce Redemption


Piala Dunia 1990 yang dihelat di Italia barangkali menjadi salah satu gelaran yang paling ingin diingat sekaligus dilupakan jutaan rakyat negeri Ratu Elizabeth tersebut. Bagimana tidak, setelah 24 tahun lamanya tim nasional sepakbola Inggris akhirnya kembali mencapai babak 4 besar Piala Dunia alias semifinal. Melihat perjuangan Gary Lineker dkk meraih pencapaian tersebut serasa seperti menghilangkan dahaga yang mengendap sekian lama di tenggorokan pecinta sepakbola di Inggris.

Namun euforia itu harus kembali sirna saat Stuart Pearce dan Chris Waddle gagal menendang bola melewati kiper Jerman Barat kala itu, Bodo Illgner saat drama adu penalti harus dijalani Inggris dan rival lamanya, Jerman Barat di semifinal Piala Dunia 1990. Sebuah kekalahan yang meninggalkan raungan tangis dari pemain belia penuh bakat, Paul Gascoigne yang berhasil mengejutkan publik Italia dengan permainannya yang memukau sepanjang turnamen. Sebuah akhir dari perjalanan karier kiper legendaris Inggris, Peter Shilton yang memainkan turnamen terakhirnya di Piala Dunia 1990.

Publik Inggris kemudian mulai mengingat 2 nama dari peristiwa tersebut, Chris Waddle dan Stuart Pearce. Chris Waddle menjadi tersohor karena selain rambut mullet nya, ia juga gagal mengeksekusi penalti dalam drama adu penalti melawan Jerman Barat. Bersama dengan Chris Waddle, mencuat juga satu nama yang belakangan menjadi pembicaraan di dunia sepakbola internasional, yakni Stuart Pearce.

Bekas pembesut Manchester City itu ditunjuk FA sebagai pelatih sementara tim nasional Inggris untuk menghadapi laga persahabatan menghadapi Belanda (30/02). Selama bertahun - tahun ia dengan "betah"nya menjadi pelatih Inggris U-21. Tak heran, nama - nama yang matang saat tampil bersama tim junior seperti Micah Richards, Frazier Campbell, dan Daniel Sturridge diikutsertakan ke dalam gembong arahan pelatih yang terkenal dengan julukan "Psycho" ini. Ditinggalkannya nama lawas macam John Terry dan Rio Ferdinand menyiratkan bahwa Pearce sepenuhnya percaya pada kekuatan pemain mudanya. Bahkan, James Milner, yang notabene selama ini tidak pernah menjabat sebagai kapten tim senior, mendapati dirinya terkejut saat Pearce menjadikannya skipper tim Tiga Singa.

Sebenarnya pemilihan youngster yang dilakukan Stuart Pearce bukanlah hal yang baru. Selama menjadi pelatih Manchester City, ia pernah mengorbitkan nama - nama macam Micah Richards, Nedum Onouha, bahkan Joey Barton ke tim inti The Citizens. Dipadukan dengan pemain senior seperti David James, Claudio Reyna, dan Nicolas Anelka, Manchester City sempat merasakan nyamannya menjadi penghuni papan tengah di bawah asuhan Pearce setelah sebelumnya banyak berkutat dengan zona relegasi pada awal kemunculannya di Liga Premier Inggris. Jika sekarang metode yang hampir sama diterapkan di tim nasional, tentu publik berharap sentuhan midas Pearce berlanjut ke jenjang yang lebih krusial lagi, meski banyak juga yang meragukan kredibilitasnya sebagai pelatih tim nasional sekelas Inggris, tim yang seringkali inkonsisten, terlebih baru saja ditinggal pelatih yang berhasil memberikan aura positif ke ruang ganti tim seperti Fabio Capello. Belum lagi pemilihan pemain muda seperti Frazier Campbell, yang hampir menghabiskan 2 musim di meja operasi, tentu semakin mengernyitkan dahi pihak - pihak yang selama ini puas dengan performa Inggris dibawah Capello.

Malam nanti, finalis Piala Dunia 2010, Belanda akan berkunjung ke Inggris untuk memberikan tes pertama bagi Pearce dan armada mudanya. Tentu kali ini Pearce ingin memberikan kesan baik bagi publik Inggris setelah tragedi Piala Dunia 1990 sempat mengguncangkan nama Stuart Pearce.