Senin, 21 Juni 2010

Piala Dunia, Kejutan dan Kebanggaan



Saya menulis ini hanya beberapa menit setelah pertandingan antara Portugal melawan DPR Korea yang berakhir dengan mengenaskan untuk DPR Korea, 7-0. Namun saya tidak akan membahas / dikejar deadline untuk menyerahkan laporan pertandingan.

Saya sedang terkagum-kagum dengan Piala Dunia ini. Betapa tidak, di tiap grup telah terjadi peristiwa-peristiwa mengejutkan. Mulai dari tumbangnya Prancis dari Meksiko di grup A, Republik Korea mampu mengalahkan juara Eropa 2004 pada partai perdananya di grup B. Di grup C dan D Inggris dan Jerman belum mampu tampil konsisten padahal keduanya merupakan favorit untuk menjadi juara pada perhelatan kali ini. Sementara Jepang dan Selandia Baru berhasil muncul diantara gempitan raksasa seperti Belanda dan Italia di grup E dan F. Dan 2 kejutan paling pamungkas hadir datang dari DPR Korea dan Swiss. DPR Korea, tim misterius dari Asia Utara ini mampu bermain tanpa dosa saat melawan Brazil di pertandingan pertama. Brazil hanya mampu menang dengan margin 1 gol. Sebuah prestasi? Tentunya. Terlebih bagi negara berperingkat FIFA terendah di Piala Dunia 2010 ini. Kemudian, di grup H, Swiss menggulingkan Spanyol di pertandingan pertama. Berita menggemparkan yang kemudian membuat editor media-media cetak memasang tulisan mencengangkan, karena salah satu favorit juara, Spanyol takluk 1-0. Kejutan, kejutan, dan kejutan.

Ya, Piala Dunia memang identik dengan kejutan. Ibaratnya, kejutan adalah bumbu yang membuat Piala Dunia semakin menarik untuk ditonton, dan kita akan selalu 'ketagihan' untuk menunggu-nunggu kejutan apa lagi yang akan terjadi di Piala Dunia kali ini.

Kamerun dan Senegal pernah membuat sejarah dengan menjungkalkan Argentina dan Prancis yang notabene juara bertahan pada edisi 1990 dan 2002. Dunia seakan terbelalak. Tercengang. Afrika yang biasanya identik dengan busung lapar dan praktek perbudakan kini mulai dianggap salah satu kekuatan dalam peta sepakbola. Ghana, Nigeria, Afrika Selatan, Kamerun menjadi representatif dari benua hitam. Tapi sayang Kamerun harus menjadi tim pertama yang resmi tersingkir dari Piala Dunia 2010 ini. Mereka gagal bersaing dengan Belanda, Denmark, dan Jepang. Mungkin saja 4 tahun lagi kita akan menyaksikan tim nasional Ethiopia di layar kaca, berbaris menyanyikan lagu kebangsaan mereka dengan dada tegap dan wajah-wajah emosional sebelum bertanding. Ya, Ethiopia akan menjadi salah satu negara peserta Piala Dunia 2014 di Brazil, siapa yang tahu?

Adalah sebuah hal yang lazim jika semua tim ingin berprestasi dalam keikutsertaannya di Piala Dunia. Tidak ada cara lain untuk membayar perjuangan mereka selama kualifikasi selain berjuang mati-matian di setiap pertandingan. Kekuatan sepakbola makin terasa 'adil'. Brazil, Argentina, Spanyol, Jerman, tidaklah absolut. Karena tidak ada tim yang superior. Di pertandingan sebelumnya bisa saja tim tersebut bermain cemerlang, namun tidak ada yang menjamin mereka mampu mengulangi permainan cemerlang mereka di pertandingan berikutnya.

Piala Dunia adalah perjuangan. Martabat, harga diri bangsa dipertaruhkan. Di dada 11 pemain yang bertarung di lapangan melekat erat lambang supremasi sepakbola negara mereka. Ada suatu nilai yang tidak bisa dilecehkan, yaitu kebanggaan menggunakan lambang tersebut dan memperjuangkannya adalah perjuangan yang lebih berat lagi. Tidak ada negara yang mau mengalah. Tidak ada tim yang ingin pulang lebih awal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar