Minggu, 10 Juli 2011

Jika Saya Sergio Batista


Kita sudah menyaksikan bagaimana tim Tango Argentina belum mampu memenuhi ekspektasi ribuan pecinta sepakbola di tanah airnya dan penggemar timnas Argentina yang menyaksikan Piala Amerika 2011. Nada sumbang berdatangan, bahkan cibiran bagi kesebelasan yang diasuh Sergio Batista ini. Banyak yang menyayangkan bagaimana Lionel Messi cs tidak bermain dengan kemampuan yang biasa mereka keluarkan saat berkostum klubnya masing - masing.

Saya tidak sedang bermimpi, namun coba mengibaratkan diri saya sebagai Sergio Batista, bekas gelandang Argentina di Piala Dunia 1986 yang kini mengarsiteki negaranya tersebut. Saya mengambil point of view seperti sedang bermain game Football Manager (FM), berikut yang akan saya lakukan jika saya Sergio Batista.

Mengubah susunan formasi sebagai berikut:
Kiper: Sergio Romero. Pos ini akan tetap saya percayakan kepada kiper tim AZ Alkmaar ini, mengingat permainannya yang gemilang kala menahan gempuran Radamel Falcao Garcia dan Kolombia nya di pertandingan kedua grup A.

Bek kiri: Javier Zanetti. Il Capitano Internazionale yang telah bermain bola untuk negaranya sejak tahun 1994 ini memiliki kapabilitas menjamah kedua sisi lapangan pertandingan. Peran sebagai bek kiri kini nyaris menjadi posisi utamanya di klub mengingat Internazionale memiliki bek kanan handal asal Brazil, Maicon.

Bek kanan: Pablo Zabaleta. Sejak usia muda bek Manchester City ini telah fasih bermain sebagai bek kanan. Pengalamannya bermain di La Liga dan Liga Premier Inggris seharusnya mampu memperbaiki kinerja lini full-back Albiceleste.

Untuk posisi bek tengah, saya menganggap ini adalah posisi yang sangat rawan bagi tim Argentina, mengapa? Telah 2 pertandingan kita saksikan pelatih Sergio Batista memainkan duet Nicolas Burdisso dan Gabriel Milito. Cukup aneh bagi saya, karena duet ini sudah sejak lama tidak bermain secara bersamaan atau dapat dikatakan duet bek tengah ini bukanlah duet reguler tim Argentina.

Gabriel Milito. Bek tengah Barcelona yang belakangan menjadi penghangat bangku cadangan El Barca lantaran cedera berkepanjangan yang sempat menimpanya dan semakin kompaknya duet Carles Puyol - Gerard Pique ini tiba - tiba menyita perhatian publik dengan menjadi bek inti di tim nasionalnya. Saya menyayangkan keputusan pelatih Sergio Batista menepikan Martin Demichelis dari tim nasional. Secara usia, Demichelis dan Milito memang tidak terlalu terpaut jauh. Demichelis bahkan menjadi starter di setiap pertandingan yang Argentina mainkan di Piala Dunia 2010 dan ia juga bermain bagi Bayern Munchen di final Liga Champions 2010. Menurut saya agak ironis Demichelis tidak diikutsertakan di turnamen Piala Amerika kali ini, karena ia konsisten bermain di level tertinggi kompetisi baik yang berskala Eropa maupun dunia. Artinya dengan lebih intensifnya Demichelis tampil di pertandingan kompetitif, seharusnya kansnya lebih besar untuk membela timnas Argentina. Namun kenyataan berkata lain, Martin Demichelis tidak ikut serta di Piala Amerika kali ini.

Saya memiliki opsi seperti ini, memainkan Javier Mascherano sebagai bek tengah seperti yang sering dilakukan Pep Guardiola di Barcelona pada paruh kedua La Liga dan bahkan final Liga Champions musim lalu. Hasilnya tidak terlalu buruk. Javier bermain apik saat mengisi posisi bek tengah yang sering ditinggal Carles Puyol yang banyak berkutat dengan cederanya di paruh kedua musim lalu. Messi sendiri pernah menyatakan tipe pemain macam Javier Mascherano adalah tipe pemain yang akan selalu dibutuhkan untuk setiap tim, jadi tidak ada salahnya menempatkan kapten Argentina di Piala Dunia 2010 itu di posisi bek tengah berdampingan dengan Nicolas Burdisso.

Lalu bagaimana susunan lini tengahnya?
Saya memiliki 2 opsi untuk lini tengah. Yang pertama, menempatkan posisi 2-1 yakni memainkan Ever Banega dan Esteban Cambiasso sebagai holding midfielder serta sedikit "menurunkan" Messi sebagai trequartista di belakang penyerang. Opsi ini berlaku jika memang Argentina hendak melakukan strategi "gung ho" (yang sering main FM pasti tahu) alias menyerang dengan tempo tinggi. Namun jika memang harus memainkan opsi ini, akan sedikit banyak menggembosi lini tengah dan lini pertahanan tim, karena Messi akan dipaksakan lebih menyerang dibanding mengatur serangan dari lini tengah. Lalu opsi kedua yakni dengan memainkan Javier Pastore. Salah satu properti terpanas di bursa transfer musim panas ini menurut saya terlalu berharga untuk sekedar menjadi cadangan di Piala Amerika. Terlebih pelatih Sergio Batista seharusnya menyadari ajang sebesar ini mestinya menjadi "arena" bagi Pastore untuk unjuk kebolehan sebagai playmaker seperti yang dengan mulus ia lakukan di Palermo musim lalu.

Saya sadar saya secara pribadi (bukan sebagai jika saya Sergio Batista) akan dipusingkan dengan deretan lini depan yang berisi: pemain terbaik dunia 2 kali berturut - turut, topskorer Liga Champions selama 3 musim terakhir, Lionel Messi, lalu striker dan winger Real Madrid, Gonzalo Higuain dan Angel di Maria, kemudian striker yang mencetak dwigol di final Liga Champions musim 2010, Diego Milito, ada juga topskorer Liga Inggris bersama Dimitar Berbatov musim lalu, Carlos Tevez, lalu menantu Diego Maradona yang juga punggawa Atletico Madrid, Sergio 'Kun' Aguero, dan yang terakhir adalah striker yang berhasil membawa klubnya Napoli masuk ke Liga Champions musim depan, Ezequiel Lavezzi. Pilihan harus tetap dilakukan. Saya juga memiliki beberapa opsi untuk pos ini. Opsi pertama, memainkan trio Lionel Messi - Gonzalo Higuain - Angel Di Maria. Trio ini mampu memainkan posisi berbeda di lini depan sama baiknya, alias mereka dapat bertukar posisi jika memang dibutuhkan saat pertandingan mengalami deadlock. Higuain memiliki kapabilitas sebagai winger kanan, Messi dapat bermain sama baiknya di sisi manapun di lini depan, Di Maria biasa ditempatkan di sisi kanan maupun kiri oleh Jose Mourinho di klubnya. Jadi dengan trio ini dapat dipastikan lini belakang manapun akan mendapat teror tiada henti sepanjang pertandingan. Opsi kedua, memainkan trio Sergio Aguero - Diego Milito - Carlos Tevez, dengan asumsi Lionel Messi dimainkan sebagai trequartista. Banyak yang mengkritik pelatih Batista karena tidak memercayakan lini depan kepada Aguero yang mencetak gol penyeimbang di laga pertama kontra Bolivia. Tidak banyak tipe striker murni yang dimiliki Argentina sepeninggal Gabriel Batistuta & Hernan Crespo, dan menurut saya Diego Milito bisa menjadi opsi stiker murni di lini depan Argentina. Tanpa mengecilkan peran Ezequiel Lavezzi di skuad Argentina, namun jika melihat performanya yang kurang memuaskan di 2 pertandingan awal, rasanya Sergio Batista memiliki alasan untuk memarkir striker asal Napoli tersebut demi kepentingan taktik dan strategi tim.

Jika mengingat perkataan Adolf Hitler bahwa pertahanan terbaik adalah menyerang, maka tidak ada cara lain selain memanfaatkan sumber daya yang dimiliki Argentina di lini depan, dengan penekanan tiga striker. Tinggal bagaimana Sergio Batista menggodok strategi yang tepat untuk diterapkan di timnya agar mampu memberikan hasil maksimal di perhelatan kali ini. Ini opiniku, bagaimana opinimu? :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar