Senin, 22 November 2010

Indonesia dan Arema nya


Mungkin kita, pecinta sepakbola di tanah air akan sangat kecewa dengan keegoisan stasiun televisi berlambang rajawali yang lebih memilih menayangkan aktris Jasmine Wildblood dkk yang berakting di sinetron dibanding laga persahabatan Indonesia menghadapi saudara muda kita, Timor Leste. Indonesia memang menang 6-0 dalam laga tersebut, namun kita sungguh kecewa karena hanya dapat menyaksikan cuplikan gol per gol via highlight. Alfred Riedl untuk pertama kalinya menurunkan duet pemain naturalisasi, Cristian 'El Loco' Gonzales asal Uruguay dan Irfan Bachdim yang sebelumnya berpaspor Belanda. El Loco yang selama bermusim - musim, entah berapa musim telah menjadi top skor liga Indonesia sejak bermain di PSM Makassar hingga terakhir sebagai punggawa Persib Bandung berhasil mencetak 2 gol. Padahal, sebelumnya ia mengatakan tidak mempunyai ambisi untuk mencetak gol. Memang naluri tidak bisa dibohongi. Sedangkan, 4 gol lain disumbang oleh Muhammad Ridwan, Oktovianus Maniani, Bambang Pamungkas, dan Yongki Aribowo.

Yang patut digarisbawahi dari skuad baru Indonesia yang dipersiapkan menghadapi Piala AFF 2010 ini adalah banyaknya muka baru yang bakal mengenakan kaos timnas. Sebut saja Zulkifli Syukur, Beny Wahyudi, Ahmad Bustomi, Oktovianus Maniani, Yongki Aribowo, Kurnia Meiga, Dendi Santoso, dan tentu 2 warga 'asing' Cristian Gonzales dan Irfan Bachdim. Menarik menyaksikan pemain asal Arema Indonesia yang mendominasi pemilihan skuad Garuda. Sebelumnya mungkin kita kurang akrab dengan nama - nama seperti Zulkifli Syukur, Beny Wahyudi, Ahmad Bustomi, Dendi Santoso, Kurnia Meiga, dan Yongki Aribowo. Nama yang disebut terakhir memang belum terdaftar sebagai pemain Arema Indonesia saat mereka merengkuh gelar juara musim lalu, namun untuk nama - nama sebelumnya, mereka telah berhasil membuktikan bahwa bakat mereka begitu bagus untuk hanya sekedar menjadi pengangguran kala tim nasional berlaga.

Indonesia, atau mungkin lebih tepatnya Alfred Riedl, mungkin harus mengucapkan terima kasih kepada Robert Rene Alberts, pelatih Arema Indonesia yang sukses mengorbitkan bakat - bakat tersebut sehingga mampu memberikan kontribusi maksimal bagi Arema musim lalu. Mungkin kita tidak akan mendengar nama - nama tersebut jika saja Alberts tidak menggunakan pemain tersebut sepanjang musim 2009/2010. Belum lagi Kurnia Meiga yang terpilih sebagai pemain terbaik Djarum Indonesia Super League musim lalu. Jika saya tidak salah, inilah kali pertama gelar tersebut jatuh ke tangan penjaga gawang. Alberts juga sebenarnya berhasil 'mengapungkan' nama bakat - bakat lain, selain nama yang telah disebut di atas, sebut saja Juan Revi, Muhammad Fakhrudin, Purwaka Yudhi, Irfan Raditya, Ronni Firmansyah, dan sederet bakat - bakat lain yang menjadi perhatian Alberts kala menangani Arema Indonesia. Mereka memang belum mendapat panggilan membela timnas, tapi mereka bukanlah pemain yang sekedar memenuhi kuota skuad. Cara yang dilakukan Alberts dengan memadukan nama - nama tersebut dengan nama senior macam Pierre Njanka (Kamerun), Esteban Guillen (Uruguay) dan duo Singapura Mohammed Ridhuan dan si bengal Noh Alam Shah terbukti manjur. Sinar pemain binaan Arema tersebut bukan makin tertutup oleh skill mentereng pemain asing, justru menjadi lecutan untuk bermain lebih baik di setiap pertandingannya dan menjadi panutan yang baik dalam bermain. Leading by example. Dengan mengesampingkan isu bahwa Arema musim lalu 'diberi' juara oleh BLI, karena Arema tidak menggunakan APBD dalam pembiayaannya, mereka memang tampil menawan. Arema menunjukkan model tim sepakbola modern yang sering kita lihat di liga - liga Eropa, organisasi permainan yang terstruktur, suporter yang tidak rusuh, manajemen yang efektif dan efisien, skuad yang tidak sering mengalami pergantian, dan penggunaan homegrown players.

Inilah yang mungkin diharapkan dari pecinta sepakbola tanah air, wajah segar yang mengenakan kaos timnas, tidak melulu kita melihat Ponaryo Astaman yang penampilannya mengalami penurunan, atau posisi bek kiri yang sering dihuni Isnan Ali, juga akhirnya Bambang Pamungkas setidaknya lega memiliki pelapis muda macam Dendi Santoso dan Yongki Aribowo. Semoga Alfred Riedl dan 11 Garuda lain dapat berbicara banyak di Piala AFF, setidaknya mampu lolos dari grup yang terbilang sulit, karena tergabung dengan raja AFF Cup, Thailand dan si tetangga menyebalkan, Malaysia. Juara adalah kata yang agak janggal bagi sepakbola Indonesia, tapi bukan tidak mungkin dan begitu indahnya predikat tersebut mampu kita rengkuh Desember nanti.

Garuda di dadaku, Garuda kebanggaanku, kuyakin hari ini pasti menang...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar